Dugong, Hewan Laut yang Menginspirasi Legenda Putri Duyung
Dugong (Dugong dugon) adalah mamalia laut yang sering dikaitkan dengan legenda putri duyung. Hewan ini termasuk dalam keluarga Sirenia, bersama dengan manatee, dan merupakan satu-satunya anggota yang masih bertahan dalam genus Dugong. Dugong dapat ditemukan di perairan dangkal tropis di sekitar Indo-Pasifik, termasuk perairan Indonesia.OSG888
Dugong memiliki tubuh berbentuk torpedo dengan kulit tebal berwarna abu-abu kecokelatan. Sirip depannya menyerupai lengan, sedangkan ekornya berbentuk horizontal seperti ekor ikan paus. Ukurannya bisa mencapai panjang sekitar tiga meter dengan berat lebih dari 400 kilogram. Meskipun sering dikira sebagai ikan, dugong sebenarnya adalah mamalia yang bernapas dengan paru-paru dan menyusui anaknya.
Hewan ini merupakan herbivora yang menghabiskan sebagian besar waktunya merumput di padang lamun, sejenis tanaman laut yang tumbuh di dasar perairan dangkal. Karena pola makan ini, dugong sering disebut sebagai “sapi laut.” Mereka bergerak perlahan dan memiliki sifat yang tenang, sehingga sering terlihat mengambang di dekat permukaan air, yang kemungkinan besar menjadi asal mula legenda putri duyung.
Sayangnya, populasi dugong terus menurun akibat berbagai ancaman, termasuk perusakan habitat, polusi laut, tabrakan dengan kapal, dan perburuan ilegal. Kehilangan padang lamun karena aktivitas manusia seperti reklamasi pantai dan pencemaran air juga memperburuk kondisi mereka. Selain itu, dugong sering terperangkap dalam jaring nelayan yang tidak disengaja, yang menyebabkan kematian mereka.
Dugong telah dikategorikan sebagai spesies rentan oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN), dan berbagai upaya konservasi telah dilakukan untuk melindungi mereka. Pemerintah Indonesia telah menetapkan dugong sebagai satwa yang dilindungi, serta berupaya meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga ekosistem laut, terutama padang lamun yang menjadi sumber makanan utama mereka.
Keberadaan dugong di perairan Indonesia menjadi indikator kesehatan ekosistem laut. Jika populasi mereka terus menurun, maka akan berdampak pada keseimbangan lingkungan laut secara keseluruhan. Oleh karena itu, konservasi dugong bukan hanya untuk menyelamatkan satu spesies, tetapi juga untuk menjaga kelestarian laut dan keanekaragaman hayati bagi generasi mendatang.